Bahasa Inggris:
The old woman sat on the park bench, watching the children play. She smiled, remembering a time when she had been young and carefree like them. But that was a lifetime ago. Now, she was old and alone, her days filled with quiet solitude.
Suddenly, a young boy, no older than five, ran up to her, his face flushed with excitement. He held out a small, brightly colored flower, its petals delicately curled.
"For you, grandma," he said, his voice barely a whisper.
The woman's eyes widened with surprise. She took the flower, its fragrance filling her senses. A warm feeling spread through her chest, a feeling she hadn't experienced in years.
"Thank you," she whispered, her voice trembling with emotion.
The boy smiled, his eyes sparkling with innocence. Then, he turned and ran back to his friends, leaving the woman alone with her thoughts.
As the sun began to set, casting long shadows across the park, the woman realized something profound. Despite her loneliness and the passage of time, she wasn't truly alone. There was still beauty and kindness in the world, and even in the smallest acts of generosity, there was a spark of hope.
She held the flower tightly, a symbol of the warmth and joy that had unexpectedly touched her life.
Terjemahan Bahasa Indonesia:
Nenek tua itu duduk di bangku taman, mengamati anak-anak bermain. Dia tersenyum, mengenang saat dia masih muda dan bebas seperti mereka. Tapi itu sudah lama sekali. Sekarang, dia sudah tua dan sendirian, hari-harinya dipenuhi kesunyian.
Tiba-tiba, seorang anak laki-laki muda, yang tidak lebih dari lima tahun, berlari menghampirinya, wajahnya memerah karena kegembiraan. Dia mengulurkan bunga kecil yang berwarna cerah, kelopaknya melengkung dengan lembut.
"Untukmu, Nenek," katanya, suaranya nyaris berbisik.
Mata wanita itu melebar karena terkejut. Dia mengambil bunga itu, aromanya memenuhi indranya. Perasaan hangat menyebar di dadanya, perasaan yang belum dia rasakan selama bertahun-tahun.
"Terima kasih," bisiknya, suaranya gemetar karena emosi.
Anak laki-laki itu tersenyum, matanya berbinar dengan kepolosan. Kemudian, dia berbalik dan berlari kembali ke teman-temannya, meninggalkan wanita itu sendirian dengan pikirannya.
Ketika matahari mulai terbenam, menebarkan bayangan panjang di seluruh taman, wanita itu menyadari sesuatu yang mendalam. Terlepas dari kesendiriannya dan berjalannya waktu, dia tidak benar-benar sendirian. Masih ada keindahan dan kebaikan di dunia, dan bahkan dalam tindakan kemurahan hati yang terkecil, ada percikan harapan.
Dia memegang erat bunga itu, simbol kehangatan dan kegembiraan yang tak terduga menyentuh hidupnya.